Wednesday, September 8, 2010

Teladan: Umar Bin Khattab dan Seorang Yahudi Tua

Sejak menjadi gabenor Mesir, Amr bin Ash tidak lagi ke medan perang. Dia lebih sering tinggal di rumah gabenor. Di depan rumahnya ada sebidang tanah yang luas serta rumah usang milik seorang yahudi tua.

“Alangkah indahnya bila di atas tanah itu berdiri sebuah masjid,” kata Amr bin Ash.

Kemudian, Yahudi tua itu pun dipanggil menghadap Amr bin Ash untuk berunding. Amr bin Ash sangat kesal kerana yahudi tua itu menolak untuk menjual tanah dan rumah usangnya meskipun telah ditawar lima belas kali ganda dari harga pasaran.

“Baiklah bila itu keputusanmu. Saya harap Anda tidak menyesal!” Tegas Amr bin Ash.

Selepas Yahudi tua beredar, Amr bin Ash memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat pembongkaran rumah usang tersebut. Sementara yahudi tua itu tidak dapat berbuat apa-apa melainkan menangis. Dalam keadaan terdesak, terdetiklah niat yahudi tua untuk mengadukan perbuatan itu pada Khalifah Umar bin Khattab.

“Apa apa,saudara jauh dari Mesir datang ke sini?” tanya Umar bin Khattab.

Setelah bertenang hati kerana berhadapan dengan seorang khalifah yang amat berwibawa, yahudi itu mengadukan akan perihal masalahnya. Padahal penampilan khalifah Umar amat sederhana untuk ukuran pemimpin yang memiliki kekuasaan begitu luas. Dia ceritakan pula bagaimana perjuangannya untuk memiliki rumah itu.

Merah padam wajah Umar begitu mendengar cerita yahudi tua itu.

“Masya Allah, sungguh kurang ajar Amr!” kecam Umar.

“Sungguh Tuan, saya tidak membuat cerita,” kata yahudi itu.

dia semakin gementar dan kebingungan. Dan ia semakin bingung ketika Umar memintanya mengambil sepotong tulang, lalu menggores tulang itu dengan pedangnya.

“Berikan tulang ini pada gabenorku, saudara Amr bin Ash di Mesir,” kata Khalifah, Al Faruq, Umar bin Khattab.

Si Yahudi itu semakin kebingungan, “Tuan, apakah Tuan tidak sedang mempermainkan saya!” ujar Yahudi itu dengan nada perlahan.

Dia cemas dan berpikir yang bukan2. Kemungkinan, khalifah dan gabenor berpakat, fiikirnya. "Mereka yg berkuasa pasti akan menindas yang lemah walau di mana pun" keluh yahudi itu. Kemungkinan dia akan ditangkap serta di tuduh memfitnah gabenor. fikirnya lagi.

Yahudi itu semakin tidak keruan ketika bertemu kembali dengan Gabenor Amr bin Ash.

“Bongkar masjid itu!” teriak Amr bin Ash gementar. Wajahnya pucat dilanda ketakutan yang amat sangat. Yahudi itu berlari keluar menuju rumah usangnya untuk membuktikan sesungguhan perintah Amr bin Ash. Dilihatnya, sejumlah orang sudah bersiap-siap menghancurkan masjid megah yang sudah hampir siap itu.

“Tunggu!” teriak yahudi tua.

“Maaf, Tuan Gabenor, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu sampai Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!” katanya.

Amr bin Ash berkata pada yahudi tua tersebut, “Wahai si tua, tulang itu hanyalah tulang biasa, baunya pun busuk.”

“Tapi…..” yahudi itu mencelah.

“Kerana ia simbol perintah khalifah, tulang itu menjadi sangat bererti.

Ketahuilah, tulang yang busuk itu adalah peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang itu, ia akan menjadi tulang yang busuk bila mati kelak. Sedangkah huruf alif yang digores, itu ertinya kita harus adil. Lurus seperti huruf alif. Dan bila saya tidak mampu menegakkan keadilan, khalifah tidak segan-segan memenggal kepala saya!” kata Amr bin Ash.

“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh, saya rela menyerahkan tanah dan rumah itu. Dan bimbinglah saya dalam memahami ajaran Islam!” kata yahudi tersebut sambil mencurahkan air mata.

No comments:

Post a Comment